Selasa, 28 Agustus 2012

MISKIN DI HADAPAN TUHAN

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:3)

Sudah terlalu sering kita mendengar kalimat "money can't buy happiness". Dalam perjalanan hidup kita, sering kali kita menjumpai kehancuran dan keretakan rumah tangga, justru ketika kemakmuran mencapai puncaknya. Selidik punya selidik, ketika uang tidak lagi menjadi problem, manusia cenderung mempergunakan uang mereka untuk hal-hal yang mendatangkan dosa. Mungkin, kalau kita jujur, banyak dari kita yang meluangkan waktu untuk berdoa lebih banyak ketika kita ditimpa masalah, daripada saat kita mendapat berkat dan menikmati kelimpahan. Ada banyak cerdik dan orang kaya, rasa-rasanya mereka tidak mungkin kekurangan apapun, tetapi batinnya menderita dan tidak bahagia. Disisi lain, ada banyak orang miskin dan hidup pas-pasan, tetapi jiwa mereka dipenuhi sukacita. Tapi apakah semua orang kaya pasti menderita, dan orang miskin pasti bahagia? Tidak juga kan? Saya lalu sampai pada satu asumsi, bahwa apapun yg kita usahakan itu tidak akan bisa mendatangkan kebahagiaan yang sebenarnya, karena kebahagiaan sejati itu hanya ada di dalam mereka yang hidup di dalam Tuhan. Artinya, kaya atau miskin, selama ada Roh Allah menyala di dalam hidup kita, kita akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dan kedamaian yang abadi.

Injil Matius 5 ini bercerita tentang pengajaran Yesus kepada murid-muridNya, di atas bukit mengenai jalan menuju bahagia. Orang yang miskin ini disebutkan paling awal bukan tanpa sebab. Kemiskinan di sini, bukan diartikan kepada hal materiel, tetapi lebih kepada rohani. Dalam artian, apabila kita tetap merasa "miskin" dan ingin memperoleh lebih banyak lagi kekayaan rohani, kita akan senantiasa mencari Tuhan. Miskin, yang diartikan sebagai rasa rendah hati, tidak berlebihan dan selalu haus akan Tuhan.

Di dalam injil disebutkan bahwa Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya di ATAS bukit.. ini berbicara mengenai suatu level tertentu, di mana kita bisa menikmati berbagai berkat yang dicurahkan dari atas, tentunya dengan 9 syarat yang selanjutnya disebutkan Yesus Kristus satu persatu.

Pertanyaannya sekarang, apabila kita diberkati secara berlimpah, sanggupkah kita untuk tetap hidup "miskin" dan mencari lebih lagi kekayaan rohani dari Tuhan? dan pertanyaan lain, apabila kita belum mampu hidup layak, sanggupkah kita untuk tetap bersyukur dan mencari Tuhan? Ingat, Tuhan selalu mencukupi tepat pada waktunya, asal kita melakukan kewajiban kita. Jadi poin nya di sini adalah, kaya atau miskin, selama kita hidup dalam Tuhan, dan berusaha terus naik hingga suatu level tertentu seperti di "atas" bukit, berbagai mukjizat, berkat, dan malah kunci kerajaan surga, semua itu bukan hal mustahil bagi kita.

Kemiskinan membuat kita semakin giat berusaha, lakukan itu buat Tuhan, dan biarkan Dia bekerja dalam hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar