Rabu, 10 Agustus 2011

Ketika TUHAN berkata " TERSERAH..."



Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22 : 11)

TUHAN menciptakan manusia itu untuk memilih
Karena TUHAN itu tidak memaksakan kehendak-Nya
tapi TUHAN juga membuat konsekwensi "...apa yang ditabur orang itu pula yang akan dituainya " (Galatia 6:7)
jadi waspada dan berhati-hatilah dengan apa yang kita buat dan kita lakuk
karena TUHAN melihat semuanya itu dengan baik dan tiada yang tersembunyi baginya
banyak diantara kita ini hanya TOPENG belaka tapi sebenarnya kita ini adalah MUNAFIK
sama seperti Ahli-ahli taurat dan Para Imam-imam
diluarnya mulus tetapi didalamnya BUSUK

ketika kebusukan itu hendak diperbaharui
ada kata GAK KUAT,GAK BISA dan TUHAN selalu melakukan hal yang sama
bahkan lebih keras lagi supaya kita Sadar dan berubah,tetapi hati dan karakter kita tidak mau

oleh sebab itu TUHAN berkata " TERSERAH mu...itu PILIHAN mu"

JANGAN PERNAH BERHENTI

Pada suatu hari, aku dan ayah berkendaraan menuju ke suatu tempat, aku yg mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.
"Bagaimana Ayah? Kita berhenti?", Aku bertanya.
"Teruslah mengemudi!", kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku. Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi & berhenti.
"Ayah...?"
"Teruslah mengemudi!" kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Aku tetap mengemudi dengan bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja. Angin pun mengguncang-guncangkan mobil kecilku. Aku mulai takut. Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.
Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda dan angin mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer lagi, sampailah kami pada daerah yang kering dan kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.
"Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah", kata Ayah tiba-tiba.
"Kenapa sekarang?", tanyaku heran.
"Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai".
Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yang terjebak di sana dan berdoa, semoga mereka selamat. Sambil tersenyum kepada ayah, hatiku berkata, "pelajaran Penting kali ini: Jangan berhenti di tengah badai"
Sahabat, Dalam menjalani hidup ini, kita selalu di dampingi Yesus yang memberi nasihat dalam segala keadaan, terutama dalam menghadapi badai kehidupan. Sebesar apapun badai itu, janganlah berhenti, lalui badai itu bersama Yesus, karena Yesus akan meluputkan kita dari badai itu karena Dia mempunyai rancangan yang penuh damai sejaterah bagi kita semua.
Tanpa Badai Hidup kita Tidak Dapat Memahami Arti mengandalkan Tuhan Dalam Segala Keadaan.

JANGAN TERLALU MUDAH MENGHAKIMI ORANG LAIN

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.
Keesokan hari nya, kuda itu hilang dari kandangnya, maka teman-temannya berkata : "Sungguh jelek nasibmu, padahal kalau kemarin dijual kamu kaya, sekarang kudamu sudah hilang". Si petani miskin hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-temannya berkata : "Wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan". Si petani hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka, terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata, "Rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah". Si petani tetap diam tanpa komentar.
Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu. Semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis, "Beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami...!!"
Si petani kemudian berkomentar, "Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terimalah keadaan yang terjadi saat ini...!
Apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Yang PASTI, Tuhan paling tahu yang terbaik buat kita.
Lakukan apa yang menjadi tugas kita, selanjutnya biarkan Allah melakukan juga apa yang menjadi bagiannya dalam hidup kita.

B e r s e r a h

Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya (Yeremia 17:10 ).


Di depan gerbang suatu jembatan di salah satu kota Eropa, duduklah seorang pengemis buta sambil memainkan biolanya yang sudah usang. Didepannya terletak kaleng kosong dan melalui musik biolanya, orang akan memberinya sedikit uang.
Suatu hari, seseorang yang berpakaian sedikit rapi dan berjubah panjang, datang menghampiri pengemis dan meminta agar pengemis meminjamkan biola usangnya. "Tidak, Ini adalah hartaku yang paling mahal!!" Jawab pengemis.
Pendatang ini tidak putus asa dan terus membujuk si pengemis agar mau meminjamkannya biola tersebut hanya untuk sebuah lagu. Sepertinya ada rasa kepercayaan pada pengemis buta itu, dengan perlahan ia memberikan biola tuanya kepada pendatang tersebut.
Pendatang mengambil biola dan mulai memainkan sebuah lagu dengan begitu merdu. Suara biola yang begitu halus di tangan si pendatang membuat orang yang lalu lalang berhenti lantas mengelilingi si pendatang dan pengemis tersebut.
Begitu merdunya lagu dan bagusnya permainan biola, si pendatang membuat semua orang terdiam dan si pengemis buta ternganga tanpa dapat berkata-kata. Kaleng yang tadinya kosong, kini telah penuh dengan uang.
Akhirnya Ia pun harus menyelesaikan permainannya, Ia mengembalikan biola tersebut sambil mengucapkan terima kasih. Si Pengemis sambil berurai air mata dan dengan gemetar bertanya, "Siapakah anda orang budiman?"
Si pendatang tersenyum dan dengan perlahan menyebutkan namanya, "PAGANINI..."
Semua orang terdiam, seorang maestro biola yang bernama Paganini, telah memberikan banyak berkat kepada si pengemis yang telah memberikan harta kesayangannya untuk dipergunakan oleh sang maestro, betapa menakjubkan...!!
Saudara, Ada sebuah jaminan berkat bagi siapa saja yang mau menyerahkan tenaganya, hartanya, talentanya, kepada sang 'Maestro' kita yaitu YESUS KRISTUS...!!  

KATA KATA TERAKHIR

“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua." (Wahyu 2:10b-11)

John Wesley (1703-1791) adalah tokoh pendiri Gereja Methodist yang mempunyai perawakan kecil dengan tinggi 160 cm dan berat 55 kg, suara yang lembut, namun mempunyai semangat pekabaran Injil yang membaja. John Wesley biasanya pergi mengabarkan Injil dengan menunggang seekor kuda dan setiap hari ia menempuh jarak kurang lebih 30-100 kilometer. Setiap pagi ia bangun pukul 04.00 subuh dan baru beristirahat pukul 22.00 malam. Pada usianya yang sudah lanjut, ia mendapatkan penghormatan dari teman-temannya. Mereka menghadiahkan kepadanya sebuah kereta khusus yang diperlengkapi dengan lemari buku dan meja tulis. Dengan demikian ia dapat lebih leluasa untuk menulis dan membaca buku di atas kereta kuda. Pada usia 83 tahun, ia menyatakan kekecewaannya karena tidak dapat lagi menulis 15 jam sehari tanpa melelahkan matanya. Pada usia 86 tahun, ia malu mengakui bahwa ia tidak sanggup lagi berkhotbah dua kali sehari. Sepanjang hidupnya, ia telah berkhotbah sebanyak 42.000 kali sepanjang 66 tahun, kira-kira 606 khotbah per tahun, menulis lebih dari 230 buku/tulisan, melakukan perjalanan 300.000 mil atau hampir 15 kali lingkaran bumi selama 50 tahun. Sungguh, suatu semangat pelayanan yang luar biasa. Prinsip pelayanan yang dipegang teguh sampai akhir hidupnya adalah “Seluruh dunia adalah tempat pelayananku.”

Bahkan saat-saat menjelang kematiannya. Ia masih dapat melayani Tuhan melalui khotbah dan tulisannya. Ia menulis khotbah terakhirnya pada tanggal 22 Februari 1791, dengan judul “On The Danger Of Increasing Riches”, yang diambil dari Mazmur 62:10. Dia terus menyaksikan imannya dan sering berbicara tentang “kehidupan kudus” dan “kematian kudus”. Dan sesungguhnya kematiannya pada tangal 2 Mei 1791 pada usia 87 tahun 8 bulan, merupakan suatu pengalaman yang kudus.

Pada akhir masa hidupnya, ia terbaring di kursi yang berukuran kecil di rumahnya di jalan City Road, London. Dia mengejutkan mereka yang hadir pada saat itu ketika ia memecahkan keheningan yang ada dengan nyanyian Isaac Watts,

“Ku kan memuji Penciptaku selagi bernafas.
Sampai kepada suaraku lenyap ditelan kematian,
pujian akan menguasaiku.
Hari-hariku yang penuh pujian kepadaMu tidak akan berlalu.
Selama hidup dan akhir hidupku,keabadian itu akan terus berlangsung.”

Dia masih bertahan sampai dengan hari berikutnya, ia mengumpulkan sisa tenaganya untuk mengatakan kalimat ini, “Yang terbaik di atas segalanya, Allah itu beserta kita.” Inilah kata-kata terakhir dari John Wesley dan ia meninggal dengan tenang pada keesokan paginya. Ia dimakamkan di halaman belakang gereja Methodist City Road, London. Ia telah mati, tetapi pesannya tidak pernah mati. Biarlah kita tetap beriman kepada Allah sampai pada akhirnya dan kata-kata terakhir kita adalah kata-kata yang memuliakan Allah. Amin.

ORANG-ORANG YANG SETIA SAMPAI AKHIR BAGAIKAN PRAJURIT YANG PULANG DARI PEPERANGAN DENGAN KEMENANGAN




Oleh:
Stefanus Untung Chandra