Kamis, 24 Agustus 2017

Rumput Yang Lebih Hijau

Efesus 5:22-33 (TB) 

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

NATS:

Bagi kamu masing-masing berlaku: Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya (Efesus 5:33)

RENUNGAN :

Nancy Anderson mengatakan bahwa imannya berubah menjadi suam-suam kuku, sehingga ia memercayai kebohongan dunia: "Saya berhak untuk bahagia." Kebohongan ini membuatnya terlibat dalam hubungan cinta gelap yang nyaris mengakhiri perkawinannya. Ia menulis buku berjudul Avoiding The Greener Grass Syndome (Menghindari Sindrom Rumput yang Lebih Hijau) agar kisah ketidaksetiaannya tidak menjadi "kisah orang lain".

Di bukunya, Nancy menyarankan enam tindakan untuk membangun "pagar" yang melindungi perkawinan Anda dan membantu membentuk "perkawinan bahagia":

Mendengar - pasang telinga bagi pasangan Anda.

Memberikan dorongan - membangun citra pasangan Anda dengan memusatkan diri pada sifat-sifat baik.

Tanggal - memperingati pernikahan Anda dengan bermain dan tertawa bersama.

Berhati-hati - membuat batas-batas yang jelas.

Belajar - mempelajari pasangan Anda agar dapat sungguh-sungguh memahaminya.

Memuaskan - saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.

Rumput di seberang pagar mungkin tampak lebih hijau, tetapi kesetiaan kepada Allah dan janji kepada pasangan Anda sajalah yang dapat memberikan damai di hati dan kepuasan.

Apabila Anda menghindari sindrom rumput yang lebih hijau dengan mencintai dan menghormati pasangan Anda, pernikahan Anda akan menjadi gambaran tentang hubungan Kristus dan jemaat bagi orang-orang di sekitar Anda (Efesus 5:31,32) -AMC

YESUS KRISTUS ADALAH SATU-SATUNYA PIHAK KETIGA DI PERKAWINAN

YANG DAPAT MEMBUAT PERKAWINAN ITU BERHASIL

Selasa, 22 Agustus 2017

BUAH KE IKHLASAN

Cuaca  hari ini  sangat  sangat panas.
Mbah Sarno  terus  mengayuh sepeda  tuanya  menyisir  jalan  perumahan  Condong  Catur,Sleman, Yogyakarta,demi menyambung hidup.  Mbah  Sarno sudah  puluhan tahun  berprofesi sebagai  tukang  sol sepatu  keliling . Jika  orang lain mungkin  berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”,  mbah  Sarno  cuma  bisa  berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini ?”

Di  tengah  cuaca  panas  seperti  ini pun  terasa  sangat  sulit  baginya untuk mendapatkan pelanggan.
Bagi mbah Sarno, setiap hari adalah  hari kerja. Di mana ada  peluang untuk  menghasilkan rupiah, di situ  dia akan  terus berusaha.
Hebatnya,beliau  adalah orang  yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak  pernah  sekali pun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat  tiba di  depan sebuah  rumah  mewah di ujung gang,dia pun  akhirnya  mendapat  pelanggan  pertamanya  hari ini.
Seorang pemuda  usia 23 tahunan, terlihat  sangat  terburu-buru.

Ketika  mbah  Sarno  menambal sepatunya  yang  bolong, ia terus menerus melihat  jam.Karena  pekerjaan ini sudah  digelutinya bertahun-tahun, dalam  waktu  singkat pun  ia berhasil  menyelesaikan pekerjaannya. i

“Wah cepat sekali. Berapa pak?

“5.000 rupiah mas”

Sang  pemuda pun  mengeluarkan  uang  seratus ribuan dari dompetnya.
Mbah Sarno  jelas  kaget dan  tentu ia tidak  punya uang kembalian sama  sekali apalagi sang  pemuda ini  adalah  pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak,uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”.

“Maaf mas,saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu.Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”.

“Udah  mas  nggak  usah repot-repot. Mas  bawa  dulu saja. Saya perhatikan  mas  lagi  buru-buru.Lain  waktu saja  mas kalau  kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu.Ya sudah makasih ya pak.”

Jam  demi  jam berlalu  dan tampaknya ini hari  yang tidak menguntungkan  bagi  mbah Sarno. Dia cuma  mendapatkan 1 pelanggan  dan itu pun  belum  membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas, saya percaya akan dapat gantinya”.

“Yaa Tuhan ,izinkan aku mencicipi secuil rezeki-Mu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendak-Mu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.


Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu di sini,pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar,tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas.Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak,terima saja.Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak.Hari ini saya tes wawancara.Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu.Saya diterima,  minggu depan saya berangkat ke Perancis pak.
Saya mohon doanya pak”.

“Tapi ini terlalu banyak mas”.

“Saya bayar sol sepatu cuma Rp. 5.000,00 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hamba-Nya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.

Mari Berbuat Baik. Meski Sekecil Apapun

Sabtu, 20 Agustus 2016

KEKUATAN UNTUK MEREGANG

Bacaan: 2Korintus 12:7-10

NATS: Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2Korintus 12:9)

Ketika pembangunan sebuah jalan raya lingkar di West Michigan sedang dalam taraf penyelesaian, ditemukan sebuah bahaya. Tiang-tiang jembatan itu dirancang untuk menahan bebannya sendiri-bukan beban lalu-lintas yang harus ditanggungnya. Karena itu, sebelum jalan raya tersebut dapat dibuka, beberapa jembatan harus dirancang dan dibangun kembali.

Para insinyur harus secara khusus memerhatikan kekuatan regangan bahan yang diperlukan dalam rancangan konstruksi bangunan, agar dapat menahan sejumlah besar tekanan yang berat. Kekuatan regangan adalah regangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bahan sebelum putus. Apabila insinyur tersebut salah perhitungan, maka bangunan itu dapat runtuh karena menahan terlalu berat.

Apabila kita berada di bawah tekanan dan kesulitan, kita mungkin bertanya-tanya apakah Tuhan, yang merancang kita, telah salah memperhitungkan "kekuatan yang dapat kita regangkan". Kita merasa yakin bahwa kita akan runtuh di bawah tekanan penderitaan-penderitaan tersebut, tetapi Pencipta kita tahu benar bahwa kita dapat menanggungnya karena kasih karunia-Nya. Dia mengetahui batas kekuatan kita dan tidak akan pernah memperkenankan kita untuk menanggung lebih dari yang dapat kita pikul. Seperti yang dikatakan oleh pengajar Alkitab, Ron Hutchcraft, "Allah dapat mengirimkan beban, tetapi Dia tidak akan pernah mengirimkan beban yang berlebihan!"

Dengan dikuatkan kembali oleh tiang baja pemeliharaan Allah, kekuatan regang kita tidak akan rusak

MASALAH-MASALAH ANDA TIDAK AKAN PERNAH
MENGHABISKAN PEMELIHARAAN ALLAH

Tommy

Selasa, 19 Juli 2016

MELEPAS KENYAMANAN

Suatu hari seorang Raja mendapat hadiah 2 ekor anak burung elang.

Lalu dia berpikir, akan bagus sekali jika elang ini dilatih untuk terbang tinggi. Tentu akan lebih indah lagi.
Ia memanggil pelatih burung yang tersohor di negerinya untuk melatih 2 elang ini.

Setelah beberapa bulan, pelatih burung ini melapor : Seekor elang telah terbang tinggi dan melayang melayang di angkasa. n a m u n yang seekor lagi tidak beranjak dari pohonnya.

Raja pun memanggil semua ahli hewan untuk memeriksa elang kesayangannya ini namun tidak ada yang berhasil  "menyembuhkan" dan membuat elang ini terbang.

Berbagai usaha telah dilakukan, t e t a p i  elang ini tidak kunjung bergerak dari dahannya.

Kemudian ia bertemu dengan petani yang sangat mengenal akan sifat elang & Raja meminta bantuan petani itu.

Keesokan harinya ketika Raja mengunjungi elang ini, ia kaget melihat elang ini sudah terbang tinggi.

Dengan penuh penasaran Raja bertanya kepada petani, apa yang ia lakukan.
Petani menjawab, "Saya hanya memotong cabang pohon yang selama ini dihinggapinya ... DAHAN itu yang membuatnya NYAMAN".

Kita dilahirkan untuk sukses, kita ditakdirkan untuk terbang tinggi, namun, ada yang memegang erat, yaitu ketakutan; tidak ada yang mau melepaskan ketakutan itu dan tidak beranjak dari posisinya.

Atau kadang kita terlalu memegang zona kenyamanan, hingga takut & tidak mau melepaskannya.., takut gagal.., takut kecewa..

Lepaskan segala ketakutan itu, lepaskan zona kenyamanan itu, kenali diri kita dan tumbuhkan kekuatan & rasa percaya diri kita,Maka kita akan "terbang tinggi".

Tanpa kita sadari, Tuhan ijinkan peristiwa peristiwa yg kita alami sesekali "Memotong" DAHAN KENYAMANAN kita, supaya iman kita tambah mantap & naik ke level yang lebih tinggi. Dahan kenyamanan atau bahkan ketakutan itu malah bisa jadi dari orang/lingkungan yg paling dekat dgn kita.

Senin, 23 Mei 2016

Tangan Hampa

Bacaan: Imamat 23:16-22

NATS: Janganlah ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa (Ulangan 16:16)

Saat bulir gandum hijau mulai terbentuk di setiap batang gandum yangbersemi di Israel, para pekerja mengikat tangkai yang bertunas itu untuk memisahkannya dari tangkai gandum yang masih muda. Saat tangkai yang ditandai dengan ikatan tadi dituai, gandum itu harus dipersembahkan di bait yang berada di Yerusalem, sebab Allah telah memerintahkan jika bangsa Israel datang kepada-Nya di hari raya, "Janganlah ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa" (Ulangan 16:16).

Di kalender Yahudi, hari ini adalah Hari Raya Hulu Hasil. Meski kebanyakan orang kristiani tak merayakannya, hari libur Yahudi ini menjadi pengingat yang baik agar kita berintrospeksi: "Apa yang kumiliki untuk kupersembahkan kepada Tuhan?" Mungkin kita jadi mudah resah saat memikirkan apa yang bisa dilakukan demi menyenangkan hati-Nya agar kita tak datang dengan tangan hampa. Sebagian kita terlalu sibuk melakukan hal-hal demi menyenangkan Tuhan, sampai kita lupa menyaksikan yang telah Kristus genapi.

Paulus merujuk Mesias yang bangkit sebagai "yang sulung" (1Korintus 15:20). Artinya, Yesus mendahului kita dan berdiri di hadapan Allah demi memenuhi persembahan yang dituntut dari kita.

Orang-orang percaya juga disebut sebagai anak sulung. "Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya" (Yakobus 1:18).

Karena Yesus adalah "yang sulung", kita sungguh berharga dan tak akan pernah menghadap pada-Nya dengan tangan hampa

Pertama, aku datang kepada Allah dalam penyembahan,
Lalu aku hendak mempersembahkan pelayanan;
Aku tak akan datang dengan tangan hampa
Saat aku menghadap Kristus Sang Raja.

TATKALA ANDA MENYERAHKAN DIRI KEPADA ALLAH
SEMUA PEMBERIAN YANG LAIN MENJADI WAJAR

Sabtu, 21 Mei 2016

Siapa Pemilik Anda

Bacaan: Mazmur 24

NATS: Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya (Mazmur 24:1)

"Engkau bukan pemimpinku!" Pernahkah Anda mendengar seorang anak mengucapkan perkataan ini kepada seseorang yang berkuasa? Beginilah upaya si anak untuk menuntut kebebasannya.

Namun, ini tidak hanya terjadi pada anak-anak. Berapa pun usia kita, kita tidak suka apabila seseorang mendikte apa yang harus kita lakukan. Masalahnya, orang itu dapat meminta kita melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan, atau menempatkan kita dalam situasi yang tidak kita inginkan.

Di situlah muncul ketakutan untuk memercayai Allah. Karena takut memercayakan hidup kita kepada-Nya, kita lebih suka berkilah dan berkata, "Engkau bukan pemimpinku."

Jalan pikiran seperti ini mengandung masalah serius: ini sama sekali tidak benar. Kenyataannya, kita tidak dapat berkata kepada Allah bahwa Dia tidak memegang kendali. Dalam Mazmur 24, Daud berkata, "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya" (ayat 1). Allah adalah pemimpin dari "mereka yang berdiam" di dunia. Dan itu berarti kita semua, umat manusia.

Karena itu, tanggapan kita untuk memercayai Dia dan memercayakan hidup kita kepada-Nya muncul apabila kita mengakui kuasa-Nya. Kita berkata kepada-Nya, "Tuhan, Engkaulah pemimpinku! Aku mengakui kepemilikan-Mu, dan aku mau bekerja sama dengan-Mu untuk menyempurnakan kehendak-Mu."

Kita adalah milik Allah. Dialah yang bertanggung jawab atas diri kita. Tugas kita adalah memercayai Dia dan hidup bagi-Nya

KAMU BUKAN MILIK KAMU SENDIRI .... KAMU TELAH DIBELI
DAN HARGANYA TELAH LUNAS DIBAYAR -- 1Korintus 6:19,20

Kamis, 19 Mei 2016

Uang Itu PENTING

Bacaan: Lukas 16:1-13

NATS: Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain (Lukas 16:13)

Godfrey Davis, yang menulis biografi Duke Wellington, berkata demikian, "Saya menemukan sebuah catatan pembukuan tua yang menunjukkan bagaimana Duke membelanjakan uangnya. Catatan itu menjadi petunjuk yang jauh lebih baik mengenai apa yang dianggapnya benar-benar penting daripada membaca surat-surat ataupun pidato-pidatonya."

Bagaimana kita menangani uang banyak akan menunjukkan apa yang kita anggap penting dalam hidup ini. Karena itulah, Yesus berbicara mengenai uang. Seperenam isi Injil, termasuk satu dari setiap tiga perumpamaan, menyinggung tentang masalah pengurusan uang. Yesus memang bukan pengumpul dana. Dia membicarakan masalah uang karena uang adalah hal yang penting. Namun bagi beberapa orang di antara kita, uang sangat-sangat penting.

Yesus mengingatkan bahwa kita dapat menjadi budak uang. Kita mungkin tidak berpikir bahwa uang lebih penting daripada Allah. Tetapi Yesus tidak mengatakan kita harus melayani Allah lebih daripada uang. Masalahnya bukan mana yang mendapat prioritas pertama dalam hidup kita, tetapi apakah kita menjadi hamba uang, betapapun kecil prioritasnya. Pendeta sekaligus penulis George Buttrick mengatakan, "Dari semua perkara yang dapat dipilih oleh jiwa, akhirnya hanya ada dua pilihan—Allah dan uang. Semua pilihan, betapa pun kecil, betapa pun tersembunyi alternatifnya, hanyalah varian dari pilihan ini."

Apakah buku cek Anda menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuan bagi hidup Anda?

UNTUK MENGECEK HATI SECARA CEPAT
LAKUKAN PENGECEKAN PADA BUKU CEK ANDA.