Kamis, 28 April 2011

HIDUP YANG BERHARGA

Segala sesuatu menjadi bernilai ketika menjadi milik Tuhan. Betapapun tinggi nilai suatu barang kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri bukan saja menjadi tidak berarti tetapi juga laknat; sesuatu yang sangat buruk atau bencana yang sangat besar. Tetapi semurah apapun nilai suatu barang bila dipersembahkan atau digunakan untuk kepentingan Tuhan, maka barang itu akan menjadi sangat bernilai. Hal ini senada dengan betapapun besar dan agungnya suatu perbuatan, bila tidak diperuntukkan bagi kemuliaan namaNya, perbuatan tersebut bukan saja tidak memiliki nilai sama sekali tetapi juga merupakan suatu pemberontakan. Pola hidup seperti inilah yang sebenarnya dimiliki setiap anak Tuhan. Paulus menyuratkan dengan kalimat, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31).
Masalahnya adalah bagaimana memiliki sikap hati yang dapat menggunakan segala sesuatu bagi Tuhan dan melakukan segala sesuatu bagi Tuhan. Ada beberapa hal yang harus disadari, diakui dan dijadikan prinsip kehidupan kita: Pertama, kita harus menanamkan di dalam diri kita pengakuan dan kesadaran bahwa kita adalah tercipta oleh dan untuk Tuhan. Hal ini melekat dalam diri kita sedemikian rupa sampai irama jiwa kita dicengkeram oleh pengakuan dan kesadaran ini. Oleh karena hal ini sangat penting, maka kuasa jahat berusaha menutupinya dengan teori evolusi dan filsafat nihilisme. Semangat hidup fasik ini telah disuntikkan ke dalam pikiran banyak orang Kristen hari ini.
Kelompok dewasa muda usia 26-41 tahun, khususnya masyarakat kota lebih tertarik kepada dunia sekuler dari pada hal-hal rohani. Kenyataan ini juga dipicu oleh keadaan dimana banyak anak-anak remaja dan pemuda tidak belajar mengenal Tuhan. Pada komunitas usia dewasa muda tersebut filosofi nihilisme berkembang angat subur. Oleh sebab itu, sebagai ganti dari pendidikan rohani dalam gereja mereka lebih betah menceburkan diri dalam dunia malam (dugem). Kalau ada diantara mereka yang haus kebenaran, mereka lebih cenderung mempelajari pendidikan mental yang terisolasi (terpisahkan) dari Tuhan, yaitu kegiatan aktualisasi diri (pengembangan kepribadian) yang sekarang sedang marak. Pengembangan kepribadian tanpa dipandu oleh Firman Tuhan.
Kedua, kita harus menanamkan di dalam diri kita pengakuan dan kesadaran bahwa kita adalah milik Tuhan yang telah dibeli oleh darahNya. Segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Harus di “plat merah” yang artinya milik Negara. Kesadaran ini akan membuat kita menghayati bahwa hidup kita dari hari ke hari adalah milik Tuhan yang harus kita gunakan untuk melayani Tuhan. Jika tidak, maka suatu kali akan ketakutan ketika menghadap Tuhan untuk mempertanggungjawabkan milik Tuhan. Dengan tulisan ini kami berharap kita semua bertobat dan melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan telah percayakan kepada kita.
Ketiga, menyadari sepenuh-penuhnya bahwa setiap kita dirancang secara khusus untuk maksud-maksud khusus Tuhan. Setiap kita harus menemukan rancangan Tuhan tersebut supaya kita menemukan pula maksud-maksudNya yang khusus. Betapa dahsyat keberadaan setiap individu, baik secara fisik maupun non fisik. Kalau keberadaan manusia yang dahsyat ini tidak digunakan bagi maksud-maksud-Nya; betapa tragisnya. Untuk menemukan maksud-maksud Tuhan atas setiap pribadi seseorang harus bertumbuh dalam kedewasaan iman. Oleh karena hal ini, maka pelayanan rohani harus diarahkan sepenuh kepada pendewasaan iman. Kedewasaan iman akan membuat seseorang menemukan rancangan Tuhan dalam hidupnya secara pribadi.

SolaGracia.


Sumber :


Pdt Erastus Sabdono
http://www.facebook.com/note.php?note_id=140302677302

Tidak ada komentar:

Posting Komentar